Selasa, 17 Desember 2013

Bad Boy!

     Terkadang susah juga jadi orang baik. Dalam beberapa hal harus mengalah untuk orang lain. Ya. . . walaupun tugas kita sendiri belum selesai. Seperti malam ini, aku malah merelakan mengikhlaskan diri jadi editor teman di salah satu Universitas di Yogyakarta. Antara mau menolak atau enggak. Ketika mau menolak, (seketika) selalu teringat akan kebaikannya dulu. Tapi di satu sisi aku mengorbankan hal lainnya, yang sebenarnya bisa aku dapat ketika hanya sekedar untuk mengedit "tugasnya". Ya mungkin itulah karmaku di masa lalu, hehehe.
       Memang sih, masa laluku terlalu kelam, hehehe. Aku yang dulu benar-benar jadi seorang Bad Boy! Ya. . . entah kenapa aku dianggap anak paling bandel di kampung, bahkan di sekolah, Ketika TK aja, aku sudah dianggap sebagai Bos Mafia! Hahaha, lucu memang ketika melihat teman-temanku selalu berusaha untuk tidak "berurusan" denganku, karena jika hal itu terjadi mereka mungkin bisa saja copot kancingnya, acak-acakan rambutnya, atau minimal terkunci di kamar mandi.
       Kenakalan itupun juga tidak hanya terjadi di sekolah, tapi di kampung. Pernah suatu kali aku bermain petak umpet. Hanya untuk alasan agar aku tidak jaga, aku memilih bersembunyi di saluran air berbentuk tabung yang menghubungkan dua sungai yang mengering! Tetap saja meringkuk disitu sampai benar-benar aman. Tapi namanya juga anak kecil, kalau jaga tetap aja tengak-tengok kanan kiri meski tetap pura-pura menghitung. Yah mau apa dikata, dia mergoki aku di lubang nista saluran air yang mengering itu! Dan untuk kesekian kalinya, tetap saja aku keukeuh enggak mau keluar. Ujung-ujungnya temanku yang bibire comel itu melaporlah ke satpam tergalak di rumah waktu itu (baca: ibuku). Apeslah aku sore itu, sang satpam sambil teriak-teriak sambil bawa sapu menyuruhku keluar. Alih-alih keluar dari lubang seberangnya agar enggak kena damprat sang mama tercinta, badan makin mrempul waktu aku "ketangkep" setelah sampai rumah.
       Dasar anak ingusan, tetap aja nakalnya enggak berhenti. Ketika ngaji di madrasah pun aku malah memilih balapan sepeda. Makanya tetanggaku enggak kaget ketika aku dulu ditanya "Udah Jilid Berapa Sekarang?", hehehe. Jatah antri ngaji selalu terlewat dan absen selalu ompong melompong selalu jadi "kewajaran" buatku. Tak pernah ada rasa takut dalam diriku! Tapi sayangnya kok cuma diluar aja ya? Entah kenapa dirumah aku selalu ciut nyalinya kalau ayah udah marah. Ugh! Dari Cemeti Ama Rasulli (Pusaka berbentuk Cemeti di Film Mak Lampir) alias Sabuk sampai Bonggol Sepatu kantoran yang tebalnya segede gaban, sudah biasa menggambar corak di tubuh, hehehe.
          Istilah Bad Boy itu rupanya masih tersemat hingga aku menginjak SD. Aku selalu jadi orang yang "dikagumi" banyak orang, salah satunya guru SDku kelas 1. Baru beberapa bulan saja aku sekolah di SD itu, aku sudah njoget-njoget di atas meja guru waktu istirahat. Padahal enggak ada musik yang diputer lho. Akhirnya aku dan ayahpun dipanggil kepala sekolah, beliau berkata: "Bapak, saya tahu bapak orangtua yang baik, tapi anak bapak yang satu ini terlalu hiperaktif di kelas, kalau memang bapak tidak sanggup membuatnya patuh, mungkin dia lebih baik belajar dirumah". Seketika mukaku serasa di zoom sama kamera dan ngomong, "Apa?! Aku di mau dikeluarkan kalau nakal lagi!". Sebenarnya bapak kepala sekolah ngomongnya selo sih, tapi langsung mak jellleeeeeebbbbbb!, ala pesisiran. "Alamat "dibantai" diajari sopan santun sama ayah nih habis dari rumah". Ya mau gimana lagi, dengan ikhlas aku merelakan tubuhku mengharu biru untuk kesekian kalinya.
            Tapi dari peristiwa itulah, aku mulai tersadar. Ke-beringasan-ku itu rupanya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Suatu kali aku pernah berpikir dan berkata dalam hati, "Kenapa aku selalu membuat orang tua kecewa, susah hanya karena kenakalanku; Bukankah enggak ada untungnya aku berantem atau membuat onar?" Ya sejak mendapatkan Enlighment yang enggak terduga itu aku mulai meninggalkan masa Dark Ages ku. Berubah menjadi anak yang berusaha baik terhadap orang lain, selama dia tidak melukai kita. Dan hal itu rupanya masih aku pegang hingga malam ini.


Warung Kopi LidahIbu, 18 Desember 2013, 12.29 pm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar